Real Madrid memulai era baru di bawah kepemimpinan Xabi Alonso, legendaris klub yang kembali sebagai pelatih kepala pada 1 Juni 2025. Alonso diikat kontrak hingga Juni 2028, dengan tugas pertamanya mengembalikan pondasi taktis dan memperbaiki kelemahan dalam menghadapi Piala Dunia Antarklub serta musim kompetitif mendatang reuters.com+15thetimes.co.uk+15kompas.id+15.
🔄 Perombakan Taktikal & Struktur Tim
Pelatih berusia 43 tahun ini menerapkan sistem 3–5–2/3–4–2–1, menggantikan skema klasik sebelumnya. Hasilnya, Madrid menjadi juara grup secara meyakinkan di Piala Dunia Antarklub, menahan Salzburg dengan skor 3–0 berkat pressing tinggi dan keseimbangan serangan–bertahan .
🛡️ Etos Baru di Fase Defensif
Alonso menegaskan tenggat penting bukan hanya menyerang, melainkan juga komitmen kolektif di lini belakang. Ia mewajibkan pemain seperti Vinícius Jr. dan Mbappé untuk aktif turun membantu pertahanan. Perubahan ini dipuji sekaligus dipantau—mengingat ancaman dari bola mati masih jadi tugas utama .
🌟 Pemain Kunci & Rotasi Penting
Dua pemain muda, Arda Güler dan Federico Valverde, jadi sorotan utama. Alonso menempatkan Güler ke tengah lapangan, menjadikannya pengatur tempo, sedangkan Valverde berperan sebagai gelandang fleksibel, mirip Steven Gerrard, yang krusial dalam skema baru ini idntimes.com.
🧭 Tantangan Berat di Pengadopsian Sistem
Belum homogeneitas penuh. Pada debut kompetitif melawan Al-Hilal, Madrid sempat kecolongan dan mengakui belum sepenuhnya menguasai pressing tinggi. Alonso menekankan proses adaptasi—modifikasi taktik butuh waktu dan komitmen penuh dari skuad .
📌 Ringkasan & Proyeksi
Aspek | Rincian |
---|---|
Contract | 3 tahun (1 Juni 2025–30 Juni 2028) en.wikipedia.org+11thetimes.co.uk+11indiatoday.in+11 |
Tactical Style | Formasi tiga bek, wing-back aktif, pressing tinggi, build-up terstruktur |
Strengths | Struktur defensif, pengembangan pemain muda, kesatuan tim |
Risks | Adaptasi atas bola mati, fase transisi sistem |
✅ Kesimpulan
Kembalinya Alonso dari Leverkusen ke Madrid bukan hanya soal nostalgia, namun langkah berani menuju penyempurnaan taktik dan mentalitas. Dia membawa filosofi “structured freedom”—kebebasan dalam kerangka disiplin—dan menuntut komitmen tinggi, fase demi fase. Jika berhasil menginternalisasi struktur ini ke dalam skuad, bukan mustahil Madrid kembali menjadi kekuatan dominan di Spanyol dan Eropa.